Abstract :
Suatu proyek akan dianggap berhasil apabila produk yang dihasilkan
sesuai standar mutu,waktu pelaksanaan dan batas anggaran yang telah ditetapkan,
terkadang ada kalanya terjadi penyimpangan antara ketiga aspek tersebut. Waktu
dan biaya masih dapat di optimalisasikan lagi. Dengan adanya keterbatasan
jumlah tenaga kerja, maka cara yang bisa digunakan untuk menunjang percepatan
aktifitas adalah dengan menambahkan jam kerja atau memaksimalkan sumber
daya yang telah ada. Selain itu cara ini dinilai lebih ekonomis dan efisien
dibandingkan dengan menambahkan alat kerja ataupun jumlah pekerja. Target
lain dari percepatan yang dilakukan diharapkan dapat menyimpan keuntungan
tambahan.
Pada penelitian ini akan dilakukan penerapan metode crashing terhadap
jadwal pekerjaan dengan menambahkan jam kerja lembur pada pekerjaan yang
berada di lintasan kritis. Selanjutnya dilakukan perbandingan biaya total proyek
pada saat normal, penambahan 1 jam kerja, 2 jam kerja, 3 jam kerja.
Dari evaluasi dan analisis didapatkan hasil pada tahap normal biaya total
proyek adalah sebesar Rp 6.160.735.606,07 (tidak termasuk PPN 10%) dengan
waktu penyelesaian 150 hari kalender. Penambahan 1 jam kerja lembur pada
pekerjaan yang berada di lintasan kritis menghasilkan pengurangan biaya sebesar
Rp 20.256.163,64 dari biaya total sebesar Rp 6.160.735.606,07 menjadi Rp
6.140.479.442,43 dengan prosentase perubahan biaya 0,329% dan waktu
penyelesaian 132 hari kalender. Penambahan 2 jam kerja lembur pada pekerjaan
yang berada di lintasan kritis menghasilkan pengurangan biaya sebesar Rp
5.197.727,78 dari biaya total sebesar Rp 6.160.735.606,07 menjadi Rp
6.155.537.878,29 dengan prosentase perubahan biaya 0,084% dan waktu
penyelesaian 128 hari kalender. Penambahan 3 jam kerja lembur pada pekerjaan
yang berada di lintasan kritis tidak menghasilkan keuntungan dan terjadi
penambahan biaya sebesar Rp 12.912.565,22 dari biaya total sebesar Rp
6.160.735.606,07 menjadi Rp 6.173.648.171,28 dengan waktu penyelesaian 124
hari kalender.