Abstract :
Latar Belakang : Pendidikan inklusif merupakan salah satu alternatif pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK). Sementara itu, dalam lingkungan sekolah inklusif, hubungan
antara siswa ABK dan siswa non-ABK dapat menimbulkan bentuk stigma berupa labeling,
diskriminasi, dan stereotip. Hubungan antara siswa non-ABK dan siswa ABK dalam
lingkungan sekolah inklusif dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran.
Tujuan: Siswa non-ABK SMP Negeri 1 Margorejo menjadi sampel penelitian ini yang
berjumlah 68 siswa dari 221 siswa. Desain penelitian ini menggunakan Studi Deskriptif
dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampelnya adalah simple random.
Metode: Analisis Univariat berupa distribusi frekuensi, Sedangkan analisis bivariat
menggunakan destribusi frekuensi.
Hasil : Stigma sebagian besar sedang 28 (41,2%) dan kategori rendah sebanyak 23 (33.8%),
dan tinggi sebanyak 17 (25,0%) dari hasil olah data distribusi frekuensi menunjukan bahwa
stigma dari siswa-siswi smp n 1 margorejo pati berbentuk labeling.
Saran: Bagi guru dan siswa agar memberikan pendampingan didalam kelas agar siswa nyaman
dalam menerima materi untuk diluar kelas agar siswa tidak mudah memberi lebel kepada
sesama siswanya, dan untuk siswa saling menghargai anatar sesama siswa ,dengan kelebihan
dan kekurang serta mendorong untuk tetap menjaga kerukunan.
Kata kunci: Stigma, Sekolah Inklusi